Dia Tidak Berat, Dia Kakakku

Ini cerita tentang kakak saya. Satu-satunya, the one and only, harus dieman-eman. Saya hanya punya satu saudara ya kakak saya ini. Selisih usia kami hanya 1 tahun lebih dikkkiiiittt sekali. Tapi itu memberi pengaruh besar pada kami.

Secara fisik, kami amat sangat tidak mirip. Banyak yang mengira dia malah pacar saya. Ada juga yang mengatakan, saya ini anak pungut dari mana. Siaalll...
Tinggi badannya sekitar 175cm dengan bobot yang selalu seimbang. Nggak pernah gendut-gendut banget dan nggak pernah kurus-kurus banget. Beda dengan saya yang selalu mengalami pertumbuhan pesat ke samping. *tears*

Yang melihat penampilannya pertama kali, pasti langsung ngomong, ihhh wajah kakakmu teduh banget ya. Ih, dia kalem banget yaaa.. Cakep loh kakakmu. Kok bisa sih punya adik kayak kamu.... arrrggggghhhh

Tapi memang begitu adanya kakak saya. Penampilannya kalem (banget), senyumnya tipis saja (nggak kayak adiknya yang cewawakan), jarang ngomong dan penampilannya selalu rapi. Yaaahh kalo pake kaos dan jeans aja, kaosnya dimasukkan rapi.

Jangan tertipu penampilan luarnya, karena kakak saya ini orangnya keras, jauh lebih keras dari saya yang juga keras. Kadang saya menyebutnya nggak bisa fleksibel. Mungkin bagi dia beda maksudnya.
Kalau sudah punya keinginan, wah, harus dituruti.
Dan kalau sudah nggak suka dengan satu barang, dengan tegas dia ngomong nggak. Contoh kecil saja, waktu dia mau beli seprai buat rumah barunya. Ibu dan saya sibuk milihin motif seprai yang bagus-bagus buat dia, dia dengan santai dan lempengnya langsung ngomong, 'nggak. Jangan motif yang itu.' Atau langsung geleng kepala dan membuat tanda menolak dengan tangannya. Saya sampai gemas. Nyebelin..
Kalau keningnya sudah berkerut itu artinya dia udah nggak setuju dan nggak suka.

Sifat kerasnya itu bukan satu-satunya yang bikin saya sebel. Masih ada yang lain. Kakak saya nggak suka keramaian, nggak suka yang terlalu ribut dan nggak punya hobi yang spesifik plus sangat perhitungan.... Diajak jalan-jalan, dia malas. Apalagi kalau tahu tujuannya ke tempat yang rame. Diajak belanja, dia langsung mengernyit, 'untuk apa? Memang kamu butuh? Boros aaahh..'
Saya yang impulsif akhirnya sampai sekarang ragu-ragu untuk beli iPod.
Baru-baru ini saya frustasi dengan kakak saya yang menurut saya terlalu monoton dan membosankan. Saya pun mengadu kepada orang tua saya. 'Bu, ibu ngidam apa sih waktu hamil dia? Membosankan sekali... nyebelin bangeeett...' saya mengeluh sambil mengerang-erang di samping Ibu saya. Dengan tertawa kecil Ibu saya ngomong,'Ya memang dia orangnya gitu. Coba, itu sifat kerasnya dari mana?' Langsung saya sambar,'dari Bapak sama Ibu lahhhh.' Ibu saya langsung tertawa dan berujar,'Untung Ibu punya dua anak yang sifatnya beda. Coba kalau kamu juga kayak dia? Bisa sepi rumah ini, orangnya ada tapi nggak ada suaranya.'
Gubraaaakk... kakak saya yang pendiam dan jarang ngobrol memang tidak membawa perubahan yang signifikan terhadap rumah orang tua saya. Karena tetap saja rumah seperti hanya ada Bapak dan Ibu saja. Tapi kalau saya yang datang, udah berisik dari depan, tengah, belakang. Ramai kayak petasan.

Kakak saya itu suka dengan kebersihan dan kerapihan. Ini bagus sekaligus menyebalkan buat saya yang kemproh. Waktu kami masih tinggal serumah, dia sering beres-beres rumah dan ngepel. Saya dengan santainya masuk ke rumah dengan masih menggunakan sepatu atau sandal. Dia langsung melotot marah dan meninggikan suaranya,'Kamu nggak lihat apa, lantai sudah dipel? Copot dulu sepatunya bisa kan...' Syerreeeemmmm.
Oya, hobi bersih-bersih dan beres-beresnya itu juga memberi dampak buruk buat saya. Karena barang-barang saya bisa tiba-tiba sudah berpindah ke tempat sampah. Ketika saya tanya, dengan santai dia langsung ngomong,'Yah buat apa kamu tumpuk-tumpuk gitu. Mending dibuang saja kan. Kamu sih senengnya yang berantakan.'
Rasanya pengen jitak, tapi dia kakak saya. Pengen ditonjok, tapi badannya lebih besar dari saya.

Well bukan berarti kakak saya tidak ada sisi positifnya. Banyak malahan. Dia baik, suka nolongin orang. Waktu kuliah saja dia rela jadi sopir untuk nganterin teman-temannya yang sakit ke Rumah Sakit. Nemenin urus ke dokter dan sebagainya. Kalau diminta bantuan, pasti dia mau nolong. Ini yang sering saya manfaatkan sejak kecil. Hehehe. Minta dijemput pulang sekolah, walau dia harus nunggu lama. Minta dianterin ke mana pagi-pagi pun dia mau. Apalagi kalau wajah saya sudah memelas. Asyiiiikkk..
Kakak saya juga perhatian, pas saya sakit dia yang ngurusin. Nanyain dan ngecek berkala dari kantornya. So sweet..
Kalau saya bilang saya akan pulang malam atau tengah malam, dia akan setia nungguin saya di depan TV sambil terkantuk-kantuk. Beda dengan saya, kalau dia pulang malam, saya langsung sms ke dia dan kasih tahu untuk telpon saya kalau sudah sampai rumah karena saya mungkin sudah tidur. Hahaha.

Itulah kakak saya. Kapan-kapan saya akan cerita lagi mengenai dia. Makhluk menyebalkan yang sudah menjadi bagian hidup saya sejak saya masih di kandungan. Apapun yang dia lakukan, rasa sebal dan kesal saya selalu kalah dari rasa sayang saya padanya. Ya iyalah.. dia kakak saya, DNA kami sama. Dan dia tidak berat. Dia kakak saya. Dia hanya kadang-kadang errrr sering menyebalkan. Itu saja.

You Might Also Like

0 komentar