Living in A Suitcase

"Mar, kalo lu ditanya orang, where do you live, jawab aja i live in a suitcase."
Kalimat ini disampaikan rekan saya Mbak Thres ketika kami bersama-sama menyelesaikan tugas kantor di Belitong.
Saya pun tertawa. Dipikir-pikir benar juga kata Mbak Thres. I live in a suitcase. Well, literally sih 1 suitcase, 1 ransel untuk laptop dan 1 tas isi barang melenong. :)
Dan itu terjadi dari bulan Januari sampai Maret ini. Dan akan terus kejadian lagi di bulan-bulan mendatang.

Yuk kita lihat bareng-bareng...
Januari
Ketika saya liburan akhir tahun sampai awal Januari di Solo pun, saya harus menginap di hotel dan membawa koper saya karena di awal tahun ada meeting kantor yang berlangsung sampai malam hari. Daripada saya bolak balik rumah ortu ke hotel, mending saat itu saya langsung menginap di hotel saja.
Selesai urusan meeting dan mulai aktif bekerja, saya kembali menginap di hotel tepatnya hotel dekat Ancol walo cuma semalam karena teman-teman ingin merayakan ulang tahun saya. Menginap di hotel dengan suasana banjir di mana-mana, seru juga loh. Live in a suitcase lagi kan.

Februari
Saya mendapat tugas di klien baru dan mereka meminta tim yang terlibat harus menginap di Hotel Harris Kelapa Gading. Padahal saya bisa kok sebenarnya dari rumah ke Hotel Harris setiap hari tanpa harus menginap. Tapi karena ini kemauan klien ya sudah, selama 3 hari 3 malam, saya menginap di sana. Ada sisi baiknya juga saya menginap, karena ternyata Jakarta banjir lagi, jalanan depan hotel juga susah dilewati kendaraan dan pasti di pagi hari macet luar biasa.
Efek sampingnya menginap di hotel yang sampingnya mall, saya jalan-jalan ke mall terus setiap malam. :)
Nah live in a suitcase di bulan Februari ini menarik juga. Di akhir Februari, sekali lagi saya bertugas di klien ini dan menginap kembali di Hotel Harris. Jumat check out dari hotel dan saya diantar sopir kantor ke hotel Sheraton Bandara yang letaknya hanya 5 menit dari Bandara. Check in malam-malam di Hotel Sheraton karena Sabtu pagi saya harus terbang ke Belitong untuk tugas di sana. Jadi Jumat itu saya otomatis dari hotel ke hotel menyambung lagi Sabtu saya masuk hotel yang baru lagi di kota yang lain. Sok sibuk banget ya. *rapikan baju*

Maret
Masih nyambung kegiatan saya di Belitong itu. Check out hari Minggu, terbang balik ke Jakarta, tiba di rumah langsung bongkar koper. Telpon laundry langganan untuk ambil baju kotor sebukit itu. Gilaaaa banyak banget.Selama living in a suitcase saya tidak menggunakan jasa laundry hotel. Mahal boookkk..
Senin paginya, saya packing lagi karena saya harus tugas kantor lagi ke tempat yang jauhhhhh dengan cuaca yang diinggggiiinnnnn... Packing-nya pun lebih hati-hati, karena perkakas eh perlengkapan dan printilannya lebih banyak. Saya ini tipe yang kalo packing nggak bisa cepat, karena nyambi ngerjain yang lain. Bisa berjam-jam. Live in a suitcase agaiiiinnn.
Setelah semingguan living in a suitcase di bulan Maret, untuk saat ini saya bisa agak bersantai di kantor. Hidup normal kembali. Eitttssss tapi ini hanya sementara. Karena hari Minggu nanti, saya harus packing lagi untuk menginap di Desa Cibi. Seminggu. Live in a suitcase. Again. And Again.

April, Mei dan seterusnya gimana? Uhuuuukkk sami mawon. Paling heboh bulan Mei nanti, karena saya akan gedebak gedebuk packing dan unpacking dan akrobat dari satu hotel ke hotel lain, satu kota ke kota lain, satu negara ke negara lain.
Semoga aman tentram.....

Pertanyaan untuk saya renungkan, gimana saya bisa ketemu dengan Prince Charming saya kalo hidup saya aja selalu dengan koper??????? *tepok jidat*

You Might Also Like

0 komentar