Apa Kabar, Guruku?

Beberapa hari yang lalu, saat membongkar lemari dan mencari dokumen-dokumen penting, mata saya teralihkan dengan beberapa buku yang saya simpan dalam folder plastik. Saya langsung terkekeh-kekeh sendiri karena buku-buku itu adalah buku rapor saya dari jaman SD (iyaaah, dari jaman puluhan tahun lalu), SMP di dua kota (pas pindah ternyata buku rapornya ganti) dan SMA. Langsung memori tentang masa-masa itu berhamburan di benak saya. Salah satunya mengenai guru-guru yang telah memberikan bekal ilmu pada saya dan teman-teman yang lain.


Dipikir-pikir, saya memang patut berterima kasih pada guru. Guru yang galak, yang baik, yang menjadi favorit saya selama sekolah, yang paling saya hindari dan yang kayaknya cara mengajarnya bikin saya dan teman sekelas terangguk-angguk mengantuk, mereka semua telah memberikan ilmu dan bekal pada saya. 
Semakin ke sini semakin saya menyadari saya belajar dari mereka. Banyak. Dan baru saya pahami sekarang.

MEREKA MENGAJARKAN ARTI DARI MEMBERI
Buku rapor saya, nostagila mode on

Saat saya duduk di kelas empat SD, wali kelas saya bernama Ibu Falent. Cantik dan bahkan memang menjadi guru tercantik di sekolah saat itu. Masih muda dan baik pada kami. Suatu kali kami melihat beliau menangis saat ngobrol dengan rekan guru yang lain. Selidik punya selidik, Bu Falent baru saja kehilangan uang gajinya di jalan. Waaah, gaji loh. PIkiran kanak-kanak kami langsung menerka-nerka bagaimana Bu Falent bisa makan, membayar transportasi ke sekolah, membeli keperluan dan lain-lain. Entah siapa yang memulai, akhirnya kami sekelas berinisiaif memberikan uang jajan kami untuk diberikan ke Bu Falent. Iyeeesss, uang jajan 100 perak, 500 perak dan 1000 perak itu. Kalau tidak salah ingat, uang yang terkumpul sejumlah 40 ribu rupiah. Ketika kami berikan ke Bu Falent, kami melihat Bu Falent menangis terharu di depan kami, mengucapkan terima kasih dan tidak menyangka bahwa kami akan memberikan uang jajan kami padanya sebagai pengganti gaji yang hilang walau jumlahnya tidak seberapa. Saat itu terasa sekali memberi itu menyenangkan.

MEREKA MENGAJARKAN BERTANGGUNG JAWAB DAN MENGAKUI KESALAHAN
Waktu SMP, saya sering banget disuruh-suruh sama guru untuk membawa barang-barang mereka ke ruang guru. Entah itu buku-buku PR kami atau tugas-tugas yang harus kami kumpulkan. Suatu hari, saya dan seorang teman membawa buku-buku ke ruang guru yang ternyata saat itu tengah sepi tanpa ada seorangpun guru. Setelah meletakkan buku-buku ke meja guru kami, mata saya jatuh pada buku nilai yang tergeletak di meja guru yang lain. Buku nilai jaman dulu itu bentuknya langsing, panjang dan isinya nilai ulangan siswa sepanjang tahun ajaran berlangsung. Kebetulan beberapa hari yang lalu kami baru saja ulangan dan rasa penasaran membuat saya memberanikan diri untuk membukan buku nilai tersebut dan mencari berapa nilai ulangan saya. 
Betapa kagetnya saya, tiba-tiba ada seorang guru yang lain masuk ke ruangan, memergoki kami dan marah luar biasa pada kami. Saya gugup, kaget dan kami pun balik ke kelas dengan perasaan bersalah. Terlebih saya yang membuka buku nilai, porsi kesalahan saya berkali-kali lipat dibanding teman saya. Malamnya saya susah tidur. Kepikiran terus. 
Apalagi besoknya, pas pelajaran guru tersebut, bolak-balik beliau menyindir saya. Kuping saya sampai panas karena malunya. Saat istirahat kelas, saya temui guru itu dan saya terus terang menjelaskan apa yang terjadi sebelum dia masuk dan meminta maaf  atas perbuatan saya. Plong, setelah saya minta maaf, rasanya benar-benar plong. Guru saya pun mau menerima permohonan maaf saya dan mengingatkan untuk tidak mengulang lagi. Melihat yang bukan menjadi hak saya. You got me M'am..

MEREKA MENGAJARKAN BELAJAR DAPAT DILAKUKAN SECARA FUN
Semua orang rata-rata punya guru favorit. Saya juga. Waktu SMA, guru favorit saya adalah Pak Sumarno yang juga menjadi wali kelas saya. Beliau guru matematika. Bayangin, matematika! Malas banget belajar. Nggak ngerti-ngerti dengan soal-soal matematika yang menurut kami seperti deretan angka tanpa arti. 
Beliau selalu menjelaskan dengan cara yang fun, penuh humor dan dengan gamblang memberikan tips untuk mengerjakan soal-soal matematika yang sulit. Hasilnya, saat ujian, nilai kami tinggi-tinggi untuk matematika.

Ada lagi Pak Bambang, guru Biologi. Suatu hari kami sekelas rasanya malas banget untuk belajar, diperkeruh saat itu mata pelajaran Biologi ada di jam-jam rawan kami ngantuk. Apa yang dilakukan beliau? Bertanya kepada kami apa yang kami ingin lakukan di saat itu? Dengan antusias, kami menjawab, ingin berada di luar kelas karena sudah suntuk. Pak Bambang ajaibnya membebastugaskan kami dari kewajiban belajar di saat itu dan meminta kami untuk keluar kelas tapi tetap berada di halaman sekolah dan membersihkan taman-taman yang ada dalam lingkungan sekolah. Kamipun langsung dengan sigap keluar untuk membersihkan taman sambil ngobrol dengan Pak Bambang.

Satu lagi, ada Pak Jumeri yang menjadi idola cewek-cewek sekelas.Rebutan untuk membersihkan papan tulis, menjawab pertanyaan yang kadang jawabannya meleset jauh dari pertanyaannya, mencari-cari perhatian dari beliau adalah kegiatan kami sehari-hari saat mengikuti pelajaran beliau. Fisika yang menyeramkan menjadi fun dan mudah dipahami, terlebih oleh saya  yang termauk late bloomer

Masih banyak yang mereka ajarkan. Disiplin, respek dan santun pada orang yang lebih tua, kerjasama, menjadi orang yang berani dan deretan nilai-nilai positif lainnya.

Hari ini, eh tidak ding, sekitar 30 menit yang lalu  merupakan hari peringatan akan guru-guru kita.
Selamat Hari Guru.. Saya ucapkan terima kasih untuk para guru yang terus memberikan yang terbaik kepada anak didiknya.

I salute you... 




You Might Also Like

0 komentar